Ikan
merupakan salah satu sumber protein hewani yang mengandung semua jenis asam
amino essensial yang diperlukan oleh tubuh manusia. Berbagai upaya terus
dilakukan untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat, salah satunya dengan
diversifikasi pengolahan hasil perikanan. Salah satu komoditas ikan air tawar
yang sangat popular di masyarakat diantaranya adalah ikan lele. Pemanfaatan
ikan lele sebagai secara optimal sebagai bahan pangan sumber protein diharapkan
mampu mengubah pola makan masyarakat yang masih rendah terhadap konsumsi ikan,
serta di sisi yang lain memberikan keuntungan ekonomis melalui usaha ikan lele
bagi masyarakat.
JENIS-JENIS IKAN LELE
Genus
Clarias, yang lebih umum dikenal dengan istilah ikan lele merupakan kelompok
ikan yang paling banyak tersebar dibandingkan dengan famili Clariidae yang
lain. Menurut Ferraris (2007), Sedikitnya terdapat 56 spesies anggota marga
Clarias (ikan lele) di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri secara umum
dikenal belasan jenis ikan lele, diantaranya adalah Clarias batrachus(Linnaeus, 1758), disebut juga Lele
kampung, Kalang, Ikan Maut, Ikan Pintet; Clarias gariepinus(Burchell,
1822), disebut sebagai Lele Dumbo (King Catfish); Clarias insolitus (Ng, 2003); Clarias intermedius (Teugels, Sudarto & Pouyaud,
2001) dll.
Ikan
lele termasuk dalam famili Claridae dan sering juga disebut mud fish atau catfish. Dari jenis ikan
lele tersebut diatas, Clarias batrachus L. Merupakan
jenis ikan lele yang paling sering dijumpai dan dipelihara karena rasa
dagingnya yang sangat lezat.
ANATOMI DAN MORPHOLOGI IKAN LELE
Secara
umum, Ikan Lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik.
Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya berubah menjadi pucat dan jika
terkejut warna tubuhnya menjadi loreng seperti mozaik hitam putih. Ukuran mulut
relatif lebar yaitu ± ¼ dari panjang total tubuhnya. Tanda spesifik lainnya
yaitu adanya kumis di sekitar mulut sebanyak delapan buah yang berfungsi
sebagai alat peraba saat bergerak atau ketika mencari makan (Riesnawaty, 2007).
Ikan
lele memiliki alat pernapasan tambahan yang terletak di bagian depan rongga
insang yang memungkinkan ikan mengambil oksigen dari udara (Suyanto, 1999).
Oleh karena itu, ikan lele dapat hidup dalam kondisi perairan yang sedikit
mengandung kadar oksigen (Prihartono et al., 2000).
HABITAT IKAN LELE
Ikan
lele (Clarias spp.) merupakan ikan air tawar yang dapat
hidup di tempat-tempat kritis, seperti rawa, sungai, sawah, kolam ikan yang
subur, kolam ikan yang keruh, dan tempat berlumpur yang kekurangan oksigen. Hal
ini dimungkinkan karena ikan lele mempunyai alat pernapasan tambahan, yakni
arborecent. Ikan lele dapat pula dipelihara di tambak air payau asal kadar
garamnya tidak terlalu tinggi.
Menurut
Najiyati (1992) pula, ikan lele bersifat nokturnal atau mencari makan pada
malam hari. Pada siang hari, ikan ini memilih berdiam diri dan berlindung di
tempat yang gelap. Ikan lele temasuk ikan omnivora cenderung carnivora. Di alam
bebas, makanan alami ikan lele terdiri dari jasad-jasad renik seperti
zooplankton dan fitoplankton, anak ikan dan sisa bahan organik yang masih segar.
Ikan
lele termasuk jenis ikan lele pemakan segalanya. Ikan lele aktif mencari
mangsanya pada saat lingkungan dalam keadaan gelap, khususnya pada malam hari.
Ikan lele lebih senang hidup pada aliran air yang tenang dimana aliran airnya
tidak terlalu deras (Suyanto, 1986). Viveen dalam Aan (2003) menambahkan bahwa
ikan lele mampu hidup dalam lumpur bahkan kadang mampu berjalan di darat dalam
rangka mencari makanan atau perlindungan.
KANDUNGAN GIZI IKAN LELE
Menurut
Suzuki (1981), komposisi kimia daging ikan yaitu kandungan protein sebesar
15-24%, lemak 0,1-22%, karbohidrat 1-3%, air 66-84% dan bahan organik sebesar
0,8-2%. Pada umumnya bagian ikan yang dapat dimakan (edible portion) berkisar
antara 45-50% dari berat ikan.
Ikan
lele memiliki nilai gizi yang tinggi. Dilihat dari komposisi gizinya ikan lele
juga kaya fosfor. Nilai fosfor pada ikan lele lebih tinggi daripada nilai
fosfor pada telur yang hanya 100 mg. Peran mineral fosfor menempati urutan
kedua setelah kalsium. Keunggulan lain dari ikan lele dibandingkan dengan
produk hewani lainnya adalah kaya akan Leusin dan Lisin. Leusin
(C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin juga berguna
untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Sedangkan Lisin merupakan salah
satu dari 9 asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan. Lisin termasuk asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan sekali
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, membantu penyerapan kalsium dan
menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dan memelihara masa tubuh anak agar
tidak terlalu berlemak. Lisin juga dibutuhkan untuk menghasilkan antibody,
hormon, enzim, dan pembentukan kolagen, disamping perbaikan jaringan. Tidak
kalah pentingnya, lisin bisa melindungi anak dari virus herpes.
Kandungan
gizi ikan lele dumbo dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan
gizi daging ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) per
100 gram
Komposisi
|
Jumlah (%)
|
Protein
Lemak
Kalsium
(mg)
Fosfor
(mg)
Besi
(mg)
Vitamin
A (si)
Vitamin
B (mg)
Air
(mg)
Energy
(kal)
|
17
g
4,5
g
20,0
mg
200,0
mg
1,6
mg
150
mg
0,05
mg
7,6
mg
113
kal
|
Sumber
: Mudjiman (1984)
Sedangkan
kandungan gizi ikan lele lokal sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan
gizi daging ikan lele lokal (Clarias bathracus)
per 100 gram
Komposisi
|
Jumlah (%)
|
Protein
(g)
Lemak
(g)
Karbohidrat
(g)
Mineral
(g)
Kalsium
(mg)
Fosfor
(mg)
Besi
(mg)
Vitamin
A (mg)
Vitamin
B (mg)
Air
(g)
Energi
(kkal)
|
18,2
2,2
-
1,5
34
116
0,2
85
0,1
78,1
93
|
Sumber
: Nio Oey Kam (1992) yang diacu dalam Suprapti (2001)
Kelebihan
ikan lele sebagai bahan baku olahan, antara lain; 1) Dagingnya lunak, sedikit tulang, tidak banyak berduri
dan bernilai gizi tinggi. Daging ikan lele memiliki rasa yang
enak, texturmya padat, lembut dan rasa gurihnya khas. , 2) Mudah didapat. Di Indonesia,
ikan lele sudah lama dikenal sebagai ikan yang banyak dipelihara di kolam.
Budidaya ikan lele sangat mudah dilakukan, karenanya mudah didapat dan tidak
mengenal musim. Lele relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki
masa tunggu panen yang singkat. Untuk industri pengolahan, ketersediaan bahan
baku secara kontinyu sangatlah penting.
Disamping
kelebihan ikan lele sebagaimana diuraikan di atas, ikan lele juga mempunyai
kekurangan, antara lain ada sebagian ikan lele yang berbau lumpur/tanah, bau
ini akan mengurangi citarasa ikan walaupun telah dibuat dalam bentuk olahan.
Ikan lele yangberbau lumpur/tanah sangat tidak disukai oleh banyak kalangan.
KRITERIA IKAN LELE SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK OLAHAN
Sebagai
bahan baku, ikan lele termasuk jenis pangan yang mudah rusak. Oleh karena itu,
perlu dijaga kesegarannya, dimulai dari pemanenan hingga pengolahan dengan cara
menggunakan pola penanganan rantai dingin.
Cara
yang paling mudah dan murah untuk mempertahankan mutu ikan agar tetap segar
selama penyimpanan adalah dengan menggunakan es. Cuaca saat melakukan
transportasi bahan baku juga perlu diperhatikan, yakni bila cuaca panas, jumlah
es yang digunakan sebagai bahan pendingin menjadi lebih banyak daripada saat
tidak panas. Begitu pula dengan lama penyimpanan, ikan lele jika disimpan pada
suhu 0°C bisa bertahan sampai 16 hari, pada suhu 10°C bertahan selama 6
hari, dan pada suhu 20°C bias bertahan sampai 2 hari.
Kualitas
bahan baku merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk pengolahan bahan
makanan. Ikan yang digunakan sebagai bahan baku harus memiliki tingkat
kesegaran yang tinggi agar kualitas produk olahan yang dihasilkan memiliki
kualitas yang baik pula. Berikut adalah ciri-ciri ikan segar yang bermutu
tinggi maupun yang bermutu rendah (Tabel 3).
Tabel 3. Ciri-ciri
ikan segar yang yang bermutu tinggi maupun yang bermutu rendah
Parameter
|
Ikan segar bermutu tinggi
|
Ikan segar bermutu rendah
|
Mata
|
Cerah,
bola mata menonjol, kornea jernih
|
Bola
mata cekung, pupil putih susu, kornea keruh
|
Insang
|
Warna
merah cemerlang, tanpa lender
|
Warna
kusam, dan berlendir
|
Lendir
|
Lapisan
lender jernih, transparan, mengkilat cerah, belum ada perubahan warna
|
Lender
berwarna kekuningan
sampai
coklat tebal, warna cerah hilang, pemutihan nyata
|
Daging
dan perut
|
Sayatan
daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan sepanjang tulang
belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perut dagingnya utuh, bau
isi perut segar
|
Sayatan
daging kusam, warna merah jelas sepanjang tulang belakang, dinding perut
membubar, bau busuk
|
Bau
|
Segar,
bau rumput laut, bau spesifik menurut jenis
|
Bau
busuk
|
Konsistensi
|
Padat,
elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang
|
Sangat
lunak, bekas jari tidak mau hilang bila ditekan, mudah sekali menyobek daging
dari tulang
belakang
|
Sumber:
SNI No.01-2729.1-2006
PELUANG USAHA IKAN LELE
Meraup
keuntungan dari bisnis ikan Lele dapat diperoleh dengan berbagai cara. Misalnya
dengan terjun di bidang usaha budidaya, baik pembenihan, maupun pembesaran; di
bidang usaha pemasaran/pengepul/distributor produk ikan lele, maupun di bidang
usaha pasca panennya seperti rumah makan, restoran, atau produsen olahan ikan
lele. Tentunya agar usaha dapat berjalan dengan baik, perlu disiapkan manajemen
usaha yang terencana dengan baik.
Berbagai
metode/teknik dalam budidaya diantaranya seperti penggunaan keramba jaring
apung, sistem bioflok, akuaponik, tabulampot, serta penggunaan kolam baik
terpal, tanah maupun semen dapat dipilih, dikombinasikan dan diterapkan
seefisien mungkin sesuai dengan potensi yang ada untuk memperoleh keuntungan
maksimal.
Berbagai
produk olahan ikan lele yang bergizi tinggi dapat dibuat sesuai dengan
kebutuhan dan selera konsumen seperti surimi, dan produk turunannya (baso,
nugget, siomay, dll). Selain itu dapat juga diolah menjadi abon, dendeng,
keripik/kerupuk/rambak lele, dan berbagai produk olahan lainnya yang bergizi
dan bernilai ekonomis.
Mengingat
ikan lele merupakan ikan dengan harga yang cukup terjangkau dan relatif mudah
dibudidayakan diantara ikan air hasil budidaya tawar, maka stok ikan lele dalam
musim-musim tertentu dapat berlebihan sehingga harga cenderung mengalami
penurunan. Mengolah ikan lele merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
nilai tambah dan menjaga kestabilan harga ikan lele.
PEMASARAN IKAN LELE
Pemasaran
merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan usaha budidaya ikan
lele. Menurut Fatimah dan Sari (…) pemasaran ikan lele tidak boleh sembarangan.
Beberapa strategi yang perlu diterapkan pembudidaya dalam memasarkan ikan lele
antara lain:
Pilih
rantai pemasaran yang paling dekat dengan konsumen akhir. Semakin panjang jalur
penjualan maka keuntungan akan semakin kecil.
Buatlah
jaringan petani ikan. Contohnya melalui pembentukan kelompok tani. Manfaat yang
diperoleh dengan adanya jejaring diantaranya adalah; akses terhadap informasi,
harga jual, memperpendek rantai distribusi, serta memperluas jejaring, sehingga
keuntungan akan semakin besar.
Jika
sedang dalam panen dalam jumlah besar, maka perlu dikembangkan usaha pengolahan
ikan lele, seperti baso, abon, dendeng, dsb untul mempertahankan harga juall
ikan dan mwningkatkan keuntungan pembudidayaan ikan.
DAFTAR ACUAN
Anonim 2008.
Catfish patin dan lele unggulan baru. http://www.dkp.go.id[18 Juni 2011].
Anonim.
2011. Ikan Lele Dumbo. http://www.google.co.id/images/ikanleledumbo. [14
Januari 2011].
Chamidah
A. 2000. Evaluasi karakteristik fisik dan kimia sosis ikan lele dumbo (C. gariepinus) selama penyimpanan 6 hari dengan penambahan dan
tanpa penambahan kultur starter Lactobacillus casei. III
: 253-260.
[DKP].
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Potensi Ekspor Lele Besar.
www.dkp.com. [20 Januari 2011].
Eko
Prihartono, dkk., 2007. Mengatasi Permasalahan Budidaya
Lele Dumbo. Penebar Swadaya.
Erdiansyah.
2006. Teknologi penanganan bahan baku terhadap mutu sosis ikan patin (Pangasius pangasius) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Fatimah,
E.N, Sari, M. …. Kiat Sukses Budidaya Ikan Lele. Bibit Publisher.
Jakarta.
Ferraris,
Carl J., Jr. (2007). Checklist of catfishes, recent and fossil
(Osteichthyes: Siluriformes), and catalogue of siluriform primary types.
Zootaxa 1418: 1–628.
Hall
GM, Ahmad NH. 1992. Surimi and fish minced product. Dalam
Hall GM (editors). Fish Processing and Technology. New
York: Blackie Academic and Professional.
Hernowo
dan Rachmatun, 2001. Pembenihan Dan Pembesaran Ikan di Pekarangan, Sawah Dan
Longyam. Penebar Swadaya, Jakarta.
Irzal
Effendi, 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Junianto.
2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Mahyuddin
K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mahyuddin
Kholish. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Moeljanto.
1982. Penanganan Ikan Segar. Jakarta : Penebar Swadaya.
________.
1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Muchtadi
D. 1989. Protein : Sumber dan Teknologi. Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Nurimala
M, Nurjanah, dan Utama RH. 2009. Kemunduran mutu ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada penyimpanan suhu chilling dengan
perlakuan cara mati.Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Vol: XII.
No:1. Panagan AT. Pengaruh penambahan bubuk bawang merah (Allium ascalonicum) terhadap bilangan peroksida dan kadar
asam lemak bebas minyak goreng curah.Jurnal Penelitian Sains. 10: 06-05.
Rahayu.
2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Riesnawaty
CJ. 2007. Pemanfaatan surimi lele dumbo (Clarias gariepinus)
[skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor
Rosa
R, Bandara NM, Nunes ML. 2007. Nutritional quality of African
catfish Clarias gariepinus(Burchell 1822): a
positive criterion for the future development of the European production of
Silurodei. International Journal of Food Science and Technology
42:342-351.
Saanin
H.1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I, Bandung : Bina Cipta Bandung.
Sathivel
S, Huaixia Y, Peter JB, Joan MK. 2009. Physical and nutritional
properties of catfish roe spray dried protein powder and its application in an
emulsion system. Journal of Food Engineering 95(1):76–81.
Setyaningsih
D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan
Agro. Kampus IPB Taman Kencana Bogor: IPB Press.
Soekarto
ST. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
Jakarta : Bharata Karya Aksara.
Soeparno.
1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Suyanto
R. 1999. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suhartini
S, Nur Hidayat. Olahan Ikan Segar.Surabaya : Trubus Agrisarana.
Winarno
FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
0 komentar:
Post a Comment