PEMBUATAN BAKSO IKAN
Pada dasarnya, hampir semua
jenis ikan dapat dimanfaatkan dagingnya untuk diolah menjadi bakso. Bahkan ikan
hiu dan ikan pari yang terkenal berbau dan berasa pesing pun cukup sedap
dijadikan bakso. Tentu saja setelah bau pesingnya dikurangi atau
dihilangkan. Bakso ikan ini dapat dibuat
bervariasi, misalnya dengan menambahkan telur, jeroan, dan sebagainya ke
dalamnya. Cara pembuatannya pun tidak berbeda.
A.
Penanganan ikan segar
Ikan yang diambil dagingnya
untuk dibuat bakso hendaknya masih benar-benar segar, tidak cacat fisik, dan
bermutu prima. Selain itu, mutu protein (aktin dan miosin sebagai pembentuk tekstur
bakso) pada ikan yang benar-benar segar masih tinggi. Kapasitas mengikat airnya
pun masih tinggi.
1. Ciri-ciri ikan segar
Kesegaran ikan dapat diketahui
dengan cara mengamati penampilan fisik, mata, insang, tekstur, dan baunya.
Ketika masih segar, ikan tampak cemerlang, mengilap keperakan sesuai jenis. Lendir
di permukaan tubuh tidak ada sampai tipis, bening, dan encer. Sisik tertanam
kuat dan tidak mudah lepas, perut utuh, dan lubang anus tertutup. Matanya
cembung, cerah, putih jernih, pupil hitam, tidak berdarah. Insangnya merah
cerah tidak berlendir atau sedikit berlendir. Tekstur dagingnya pejal, lentur, dan
jika ditekan cepat pulih. Baunya segar atau agak amis.
Akan tetapi, begitu ikan
mati mulai terjadi proses perusakan ikan. Yang pertama terjadi adalah autolisis
yang disebabkan oleh aktivitas enzim-enzim yang ada pada ikan. Enzim-enzim ini bekerja
tidak terkendali sehingga terjadi perombakan dalam tubuh ikan, terutama
proteinnya. Mutu ikan pun mulai turun. Penampilan ikan menjadi lebih suram,
tidak cemerlang, sisik mudah lepas, mata kemerahan, cokelat atau buram. Dari
proses ini dihasilkan senyawa-senyawa sederhana yang disukai bakteri.
2. Proses perusakan pada ikan
Proses perusakan akibat aksi
enzim ini berlangsung terus sampai bakteri tumbuh dan mengambil alih proses
kerusakan. Insang pun menjadi kecokelatan atau kepucatan, berlendir tebal. Daging
lembek mudah terurai, jika ditekan sulit pulih kembali bekasnya. Bau makin amis
lalu menjadi tidak sedap dan busuk, terutama pada insang dan perut. Ikan pun
akhirnya busuk.
Berbeda dengan daging yang
masih bagus meskipun sudah 7 - 12 jam setelah hewan dipotong, proses perusakan
pada ikan berlangsung jauh lebih cepat. Oleh karena itu, proses penurunan mutu
kesegaran ikan ini harus dihambat. Penghambatan ini harus dilakukan sejak awal,
yaitu sejak ikan ditangkap, didaratkan, selama transportasi hingga pengolahan.
Pengesan merupakan cara paling sederhana untuk menghambat penurunan mutu ikan
tanpa banyak menyebabkan perubahan sehingga sifat ikan segar masih ada.
Begitu sampai di tempat pengolahan,
ikan harus segera ditangani dengan baik. Ikan disortasi menurut jenis, mutu,
dan ukurannya. Ikan yang pecah perut, pecah, atau patah (rusak fisik) dipisahkan.
Sambil disortasi, ikan
disiangi dengan cara dipotong kepala dan
dibuang isi perutnya.
3. Penyimpanan ikan segar
Jika Karena sesuatu hal proses
pengolahan bakso belum dapat dilakukan, atau ikan digunakan sebagai cadangan,
maka ikan terpaksa disimpan dulu sampai tiba saatnya diolah. Untuk penyimpanan
jangka panjang, mungkin pembekuan lebih cocok, tetapi untuk penyimpanan jangka
pendek cukup dengan dies di dalam peti insulasi. Ikan disortasi, disiangi, dan
dicuci bersih kemudian disusun berlapis-lapis berselang-seling antara ikan dan
es.
Ke dalam peti insulasi
dihamparkan hancuran es 5 - 10 cm lalu ikan disusun berlapis-lapis
berselang-seling dengan hancuran es sampai peti insulasi penuh. Di bagian
paling atas ditimbun hancuran es agak lebih tebal dan peti ditutup.
Perbandingan esrikan sebanyak 1:1 hingga 1:3. Dengan cara seperti ini suhu ikan
dapat dipertahankan rendah (sekitar 0°C) dan kesegaran ikan dapat dipertahankan
hingga beberapa hari.
Jika akan digunakan, peti insulasi
dibongkar dan ikan dikeluarkan hati-hati. Ikan yang baru dikeluarkan dari peti
dibersihkan, dagingnya diarnbil dengan cara difilet.
B.
Penanganan Daging Ikan Hiu dan Ikan Pari
Untuk membuat bakso dari
daging ikan hiu atau ikan pari diperlukan perlakuan khusus untuk mengurangi bau
pesingnya. Di Indonesia, kedua jenis ikan ini biasa diasin atau diasap secara tradisional
dalam jumlah dan pada lingkungan yang terbatas. Sudah terbukti pula bahwa daging
kedua jenis ikan ini dapat diolah menjadi bakso yang lezat. Sebagai bahan pembuat bakso, penggunaan
daging ikan hiu atau ikan pari dapat dicampurkan dengan daging ikan lain (kakap,
tenggiri, tawes, atau daging lain) atau tanpa campuran. Dengan penanganan yang
baik, rasa maupun bau pesing pada bakso hiu atau bakso pari tidak terasa lagi.
1. Penyebab bau pesing
Rasa dan bau pesing yang
menjadi ciri daging ikan hiu dan pari disebabkan oleh tingginya kandungan
senyawa urea di dalam darah. Sebenarnya, adanya urea dalam darah ikan laut bukan
hal yang aneh karena semua ikan laut memproduksi urea di dalam darah dan cairan
tubuh. Bedanya, ikan laut mampu mengeluarkan urea dari dalam tubuh, tetapi ikan
hiu dan pari tidak memiliki kemampuan tersebut. Akibatnya, urea terpaksa
ditimbun di dalam darah. Begitu ikan mati, urea dalam darah diubah oleh bakteri
menjadi amoniak. Amoniak inilah yang berbau pesing dan bahkan berbahaya bagi
kesehatan.
Kandungan urea pada setiap
jenis hiu atau pari tidak sama sehingga bau dan rasa pesingnya pun tidak sama.
Ada yang sangat pesing dan ada yang kurang pesing. Hiu macan (Galeocerdo cuvier)
misalnya, mengandung urea sekitar 1.990 mg %, sedangkan hiu martil (Sphyma
zygaena) 2.330 mg %. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghilangkan urea
beberapa jenis hiu atau pari memerlukan perlakuan lebih banyak daripada jenis
lain.
2. Cara mengurangi bau pesing pada daging ikan
hiu dan ikan pari
Kandungan urea pada daging
ikan hiu atau ikan pari memang mustahil dihilangkan. Namun, jika kandungan urea
tersebut dikurangi sebanyak mungkin, rasa pesing dan bahayanya lebih kecil.
Pengurangan bau dan rasa
pesing juga dapat dilakukan dengan penanganan yang baik dan benar, pengurangan
kandungan urea secara efektif, atau penggunaan suhu rendah yang tepat dan
cocok. Pembuangan darah dan pencucian daging dalam air tawar atau larutan garam
atau larutan asam dapat mereduksi kandungan urea dalam jumlah besar. Kalau
kandungan urea dalam daging sudah di bawah 1.200 mg %, bau pesing sudah tidak
terasa lagi. Jika digarami, digoreng, atau ditambah bumbu yang mampu
mengalahkan bau pesing, ikan dengan kandungan urea 1.400 mg % pun sudah tidak
terasa bau pesingnya.
3. Pembuangan darah dan penanganan di atas kapal
Salah satu cara untuk
mengurangi bau pesing pada daging ikan
adalah dengan penanganan yang baik dan benar yang diterapkan sejak ikan ditangkap. Penghilangan darah juga banyak mengurangi kandungan urea. Pembuangan
darah hendaknya dilakukan selagi
ikan masih hidup. Jika darah tidak segera dibuang, selain kandungan ureanya
tinggi juga mempengaruhi warna daging.
Terlebih jika setelah ditangkap ikan ditangani secara kasar sehingga memar atau
terjadi pembekuan darah pada daging.
Cara pembuangan darah akan
menentukan banyaknya darah yang dapat dikeluarkan. Jika pisau ditusukkan
langsung ke jantung ikan hiu maka
darah yang keluar hanya 2 % saja. Kalau yang
dipotong saluran darah di dekat tulang pektoral maka darah yang keluar 2 - 2,5 %. Cara yang paling baik adalah dengan memotong pangkal ekor (sirip
kaudal). Ketika bagian ini dipotong,
jantung hiu masih berdenyut dan darah terpompa ke luar hingga 5 – 6 %. Jika ikan hiu cukup besar, kepala dipotong lalu isi perut diambil dan air
dipompakan kuat-kuat melalui saluran darah utama agar darahnya tercuci. Setelah darah dibuang, ikan segera
dies (0°C) atau dibekukan (-40°C) sehingga proses pembusukan terhambat. Jangan membiarkan hiu mati terlalu lama dalam
air atau tergeletak tanpa terurus.
Setelah mati, hiu harus segera dies sehingga kerusakan daging akibat aktivitas bakteri terhambat dan amoniak
yang dikandungnya rendah.
4. Pencucian urea daging
Selain pembuangan darah,
urea dalam daging ikan juga dapat dikurangi
dengan pencucian, perendaman dalam air, atau dalam larutan garam atau larutan asam. Dengan pemanasan pun urea dapat berkurang, tetapi cara ini
biasanya kurang efektif.
Sebelum penghilangan bau
pesing, daging diambil lalu dipotong menjadi filet yang lebamya 5 - 10 cm,
panjang 10 cm, dan tebal 5 cm, atau
lebih kecil lagi. Dengan potongan kecil ini
urea akan lebih banyak kontak dengan larutan pencuci sehingga lebih mudah dan lebih banyak urea yang
dapat dihilangkan.
Filet direndam air tawar
sambil dicuci dan digosok-gosok lalu
dibiarkan terendam di dalam air beberapa jam. Secara periodik, air diganti. Demikian seterusnya sampai bau pesing daging tidak terasa. Jika direndam
dalam air selama 8 jam, kandungan
ureanya turun 40 %. Makin kecil ukuran filet, makin banyak urea yang dapat dibuang. Filet 50 - 70 g yang direndam selama 1 - 2 jam, kandungan ureanya
tinggal 1.000 - 1.200 mg %. Jika
dicacah halus, perendaman selama 20 - 25 menit maka urea di dalam daging ikan tinggal 400 - 600 mg %. Jika setelah direndam
lalu dipres, urea di dalam daging tinggal 300 - 350 mg %.
Jika menggunakan larutan
garam, filet dicuci larutan garam dapur
5% dan direndam beberapa saat. Pencucian dan perendaman ini dilakukan berulang
kali sampai bau pesing hilang. Jika
digunakan larutan asam, filet direndam dalam larutan asam laktat 1,5% atau asam sitrat 1,5% atau larutan vinegar lalu dicuci bersih dengan air tawar atau
larutan qaram.
C.
Pembuatan Filet Ikan
Pembuatan filet ikan
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Ikan
disiangi agar isi perut yang menjadi sumber enzim dan bakteri tidak
merusakkan daging ikan. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati agar isi
perut tidak mencemari daging. Setelah disiangi ikan dicuci bersih dan
dibuat filet.
- Ikan
diletakkan dengan posisi miring. Dengan pisau khusus, daging pada pangkal
insang dipotong sampai ke tulang. Kemudian daging ikan disayat ke arah
ekor sampai daging terlepas dari tulang. Selanjutnya, ikan dibalik dan
daging disayat dari ekor ke arah kepala. Agar tidak banyak daging tertinggal
pada tulang, pisau agak ditekan menempel tulang.
- Setelah
daging terpisah dari tulang, kulit ikan dipisahkan sehingga diperoleh
daging yang bebas tulang dan kulit. Akan tetapi, tidak semua jenis ikan
mudah dikuliti. Jika pengulitan sulit dilakukan, pemisahan kulit dapat
dilakukan dengan menggunakan meat separator yang sekaligus melumatkan
dagingnya.
- Filet
ikan dicuci bersih dengan air mengalir atau dicuci dalam bak untuk
menghilangkan kotoran dan sisa darah. Bak fiber glass merupakan pilihan
yang baik karena mudah dibersihkan, dipindah, dan dikeringkan. Air pencuci
harus sering diganti tanpa menunggu sampai kotor dan keruh. Jangan lupa,
selama preparasi ini, mulai dari pencucian hingga pembuatan filet dan
seterusnya, selalu ditambahkan es secukupnya untuk menghambat proses
kemunduran kesegaran ikan karena semakin segar ikan semakin baik bakso
yang dihasilkan.
- Penanganan
(sortasi, penyiangan, pembuatan filet, pencucian) ikan hendaknya dilakukan
di tempat bersih, terlindung dari terik matahari dan terlindung dari
kemungkinan kerusakan fisik (misalnya terinjak, tergencet). Untuk itu, penggunaan meja
pengolahan sangat dianjurkan.
Pembuatan filet ikan. Penggunaan meja pengolahan dan stainless
steel sangat
dianjurkan karena higienis, mudah dibersihkan, dan tahan lama
D.
Pelumatan Filet
Setelah bersih, filet
dilumatkan. Agar mudah, filet ikan dipotong-potong kecil sampai setebal 0,5 - 0,7
cm lalu dicuci kembali. Potongan filet ini dilumatkan dengan alat penggiling
daging atau meat separator sehingga
diperoleh daging ikan lumat.
Daging ikan lumat ini lalu dipisahkan
seratnya. Jika perlu, penggilingan
dan pemisahan serat diulang sampai serat dan duri terpisahkan semua. Daging lumat yang sudah bebas serat dan duri dicuci selama sekitar 10 menit di
dalam bak atau ember dengan air
dingin atau air es (5°C) sambil diaduk. Suhu pencucian ini dipertahankan tetap
rendah (5°C) dengan menambahkan pecahan es.
Daging lumat yang bebas serat dan duri dicuci
berulang kali sampai
bersih. Suhu air pencuci
dipertahankan rendah (5°C)
Kemudian daging lumat
ditiriskan sampai cukup tins benar. Dengan proses pelumatan ini rendemen yang
diperoleh cukup tinggi, yaitu dapat mencapai 40 – 60 % dari berat ikan, tergantung
jenis ikannya.
E.
Pembuatan Bakso Ikan
Pembuatan bakso ikan
meliputi persiapan bahan yang diperlukan dan proses pembuatannya.
1. Bahan pernbuat bakso ikan
Bahan yang diperlukan untuk
membuat bakso ikan yaitu daging
ikan, tepung tapioka, es, dan bumbu-bumbu.
a. Daging ikan
Bahan utama untuk bakso ikan
adalah daging ikan dari satu jenis
ikan atau campuran daging beberapa jenis ikan. Semakin enak rasa daging ikan maka semakin sedap pula rasa baksonya. Daging ikan yang digunakan hanya
daging putihnya saja. Daging putih
ini dapat diperoleh dari jenis ikan berdaging putih, misalnya ikan kakap,
kerapu, tenggiri, ikan cunang atau remang
(Congresox talabon).
Jenis ikan berdaging merah
tidak bagus dijadikan bakso, kecuali jika ikan tersebut juga memiliki daging
putih dan mudah dipisahkan dengan
daging merahnya. Misalnya tuna, cakalang,
tongkol, dan kembung. Selain itu, jenis ikan yang digunakan juga menentukan tekstur dan rendemen
bakso yang diperoleh. Jenis ikan
gemuk dan sedikit berduri menghasilkan rendemen yang tinggi.
Hiu dan ikan pari yang
berbau dan berasa posing pun cocok
dibuat bakso setelah penyebab bau pesing ini dikurangi. Jenis-jenis ikan air tawar seperti tawes, nila, dan ikan mas, juga bagus dijadikan bakso. Selain itu,
teripang juga dapat dijadikan bakso. Tentu saja baksonya menjadi istimewa
mengingat teripang dikenal sebagai
makanan berkhasiat dan mahal harganya.
b. Tepung tapioka
Agar baksonya lezat,
tekstumya bagus, dan bermutu tinggi, jumlah
tepung yang digunakan sebaiknya sekitar 10 - 15% dari berat daging.
c. Es
Bahan penting lainnya dalam
pembuatan bakso adalah es atau air
es. Es yang digunakan sebaiknya berupa
es batu.
d. Bumbu
Bumbu berupa garam dapur halus,
sedangkan bumbu penyedap dibuat dari campuran bawang putih dan merica. Garam dapur
yang digunakan sekitar 2,5% dan bumbu penyedapnya sekitar 2% dari berat daging.
Sebagai bumbu penyedap dapat juga digunakan bumbu campuran bawang merah, bawang
putih, dan jahe dengan perbandingan 15 : 3 : 1.
Sebaiknya tidak menggunakan penyedap masakan rnonosodium glutamat atau
vetsin.
2. Pembuatan bakso ikan
- Setelah
tiris, daging lumat siap dijadikan bakso. Daging yang sudah halus tadi
dilumatkan lagi sambil ditambah garam dapur dan bumbu secukupnya.
- Setelah
tercampur merata, ke dalam daging lumat itu ditambahkan tepung tapioka
sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dilumatkan hingga diperoleh adonan
yang homogen. Pada saat pembentukan
adonan bakso ikan ditambahkan es batu sekitar 15 – 20 % atau bahkan 30 %
dari berat daging ikan lumat. Es ini berfungsi mempertahankan suhu dan
menambah air ke dalam adonan.
- Adonan
yang sudah homogen ini
dicetak menjadi bola-bola bakso yang siap direbus. Ukurannya dapat
dibuat super, sangat besar, besar, sedang, atau kecil. Berat setiap butir
bakso super sekitar 40 g (ukuran 25), sangat besar 30 g (ukuran 30), besar
25 g (ukuran 40), sedang 20 g (ukuran 50), dan ukuran kecil beratnya 15 g
(ukuran 60). Ukuran yang lebih kecil lagi, sering disukai, adalah ukuran
100 - 120 atau beratnya setiap butir sekitar 10 g atau kurang.
- Bola
bakso direbus dalam air mendidih hingga matang. Jika bakso sudah mengapung
di permukaan air berarti bakso sudah matang dan dapat diangkat. Kematangan
bakso juga dapat diperiksa dengan melihat bagian dalam bakso. Biasanya
perebusan bakso ini memerlukan waktu sekitar 15 menit. Jika diiris, bekas
irisan bakso yang sudah matang tampak mengilap agak transparan, tidak
keruh seperti adonan lagi.
- Setelah
cukup matang, bakso diangkat dan
ditiriskan sambil didinginkan pada suhu ruang. Agar lebih cepat dingin,
dapat dibantu dengan kipas angin asal dijaga benar agar tidak terjadi
kontaminasi kotoran.
- Setelah dingin,
bakso dikemas dalam
kantong plastik dan
ditutup rapat. Ukuran kemasan dapat 0,25 - 0,5 kg untuk kemasan
eceran, atau 1 kg, atau disesuaikan dengan permintaan pasar. Dapat juga
dikemas 5 kg dalam satu kantong plastik, terutama untuk kemasan besar.
Setelah dikemas, bakso dipak dalam kotak karton atau kardus untuk dikirim
ke pasar. Pada kemasan plastik dan karton dapat dicantumkan label yang
menerangkan isi kemasan dan produsennya.
- Jika
belum sempat dikirim, bakso dapat disimpan dulu dalam lemari pendingin
atau refrigerator bersuhu 5°C. Penyimpanan seperti ini, suhu terjaga 5°C,
bakso dapat tahan hingga 32 hari. Untuk pengiriman jarak jauh, bakso perlu
dikemas vakum lalu dibekukan dalam contact plate freezer dan disimpan
dalam cold storage.
Biasanya, dari 100 kg daging
ikan lumat dapat diperoleh 120 - 140 kg bakso, rendemennya mencapai 120 – 140
%. Rendemen berdasarkan berat ikan sangat bervariasi, tergantung jenis ikan
yang digunakan, tetapi sebagai gambaran kasar sekitar 40 - 50%. Untuk ikan
cunang, rendemen tersebut mencapai 70 - 80%. Rendemen ini sangat ditentukan,
mutu protein ikan dan jumlah es yang ditambahkan ketika pembuatan adonan.
cukup disini dlu yah dan untuk lebih detailnya silahkan anda download supaya lengkap dan kami akan bahas sekalian cara buatnya untuk bAKSO Komoditas eksport juga caranya silahkan dilihat dan Download dibawah ini silahkan kiik
DEMIKIAN SEMOGA BERMANFAAT
SALAM.........
0 komentar:
Post a Comment